Berdasarkan jadwal sementara MotoGP 2016, race Qatar akan dimulai pada 20 Maret mendatang. Meskipun masih menyisakan banyak waktu sebelum race perdana diselenggarakan, namun semua insinyur tim terus melakukan pengembangan-pengembangan terkait performa motor masing-masing tim.
Sementara itu, terjadi beberapa perubahan yang cukup signifikan diprediksi bakal terjadi pada MotoGP 2016 mendatang, mulai dari perubahan peraturan hingga ke sektor teknis seperti pemasangan sayap, bobot motor, jatah mesin, ECU sampai kepada pemasok tunggal ban yang dipergunakan dalam MotoGP 2016.
Adalah Komisi Grand Prix, yang beranggotakan Carmelo Ezpeleta sebagai Ketua sekaligus CEO Dorna, Ignacio Verneda selaku CEO FIM, Herve Poncharal dari Asosiasi Tim Balap Motor Internasional atau IRTA serta Takanao Tsubouchi dari Asosiasi Manufaktur Motor Sport atau MSMA telah mengadakan beberapa pertemuan resmi terkait pembahasan peraturan baru yang diterapkan untuk balap Grand Prix kelas Moto3, Moto2 dan MotoGP.
Komisi Grand Prix merupakan institusi yang memiliki kewenangan untuk mengubah peraturan-peraturan umum hingga teknis yang menyangkut motor yang digunakan oleh pembalap. Nampaknya akan ada beberapa perubahan peraturan yang cukup menarik terjadi di musim depan, khususnya di kelas Para Raja, MotoGP. Apa saja peraturan MotoGP 2016 yang terjadi?. Berikut ulasannya:
Race MotoGP (FOTO: Crash) |
Electronic Control Unit (ECU)
Sebagaimana yang kita ketahui jika MotoGP 2015 terbagi menjadi dua kategori, yaitu kategori pabrikan (factory class) dan kategori terbuka (open class). Sedangkan pada musim depan Komisi Grand Prix telah sepakat untuk meniadakan pengkategorian tersebut. Sehingga semua Electronic Control Unit atau ECU yang digunakan dalam MotoGP akan sama, yaitu diproduksi oleh produsen ECU tunggal, Magneti Marelli. Berbeda dengan seri MotoGP 2015 dimana Yamaha, Honda serta Ducati bisa mengembangkan ECU dari masing-masing motor yang dipergunakan.
Hal ini cukup menarik, sebab penghapusan factory class serta open class dari sisi ECU tentunya akan memberikan imbas yang positif terhadap perkembangan MotoGP kedepan. Harapannya tentu kelas MotoGP akan jauh lebih kompetitif lagi sehingga tidak hanya didominasi oleh kelas pabrikan.
Sementara itu, meskipun seri 2016 disetujui menggunakan ECU dari Magneti Marelli, namun Komisi Grand Prix akan tetap memberikan hak istimewa (privilliges) kepada tiga tim pabrikan (Yamaha, Honda dan Ducati) terkait perubahan ECU maupun perangkat lunak yang digunakan oleh ketiga tim tersebut.
Yang menarik adalah, setiap perubahan yang dilakukan terhadap ECU harus mendapat kesepakatan bersama oleh ketiga tim pabrikan tersebut. Dalam kata lain, apabila ada salah satu tim pabrikan saja yang menolak, maka perubahan tidak dapat dilakukan. Sehingga hak istimewa yang diberikan oleh Komisi Grand Prix pun jadi tidak berarti.
Selain itu, apabila ketiga pabrikan tersebut menginginkan adanya perubahan terhadap ECU, maka Magneti Marelli selaku produsen harus mengubahnya. Namun dengan catatan, biaya mesti ditanggung bersama oleh ketiga tim pabrikan tersebut.
Bobot Motor
Komisi Grand Prix juga telah menyetujui penurunan bobot bersih minimal motor yang digunakan tanpa pembalap turun 1 Kg, yaitu dari 158 Kg turun menjadi 157 Kg. Salah satu situs berita Marca menyebutkan jika para rider-lah yang menghendaki penurunan bobot tersebut. Alasannya tentu tidak jauh-jauh dari peningkatan performa sekaligus mengantisipasi penurunan kapasitas tangki motor dari 24 liter di musim 2015 menjadi 22 liter di musim 2016. Sementara itu, tim pabrikan di musim 2015 dijatah 20 liter.
Pengecualian hanya terjadi manakala ternyata saat race berlangsung flag to flag, seperti kering - hujan - kering atau berkibarnya bendera merah (red flag) yang mengharuskan pembalap masuk pit stop masing-masing.
Pemasangan Winglet (Sayap di Fairing)
Di musim 2015, Ducati dan Yamaha terlihat beberapa kali menggunakan komponen berbentuk sayap atau yang disebut Winglets di bagian sayap fairing depan. MotoGP melalui situs resminya, Motogp.com telah memutuskan untuk memberikan peraturan terhadap pemakaian winglet ini, yaitu tetap diperbolehkan asal ukurannya lebih sempit daripada fairing. Maksimal lebar fairing adalah 600 mm.
"Winglets are legal, if they are narrower than fairing. Fairing max 600mm wide. @motomatters"
Meskipun kedua tim tersebut kerap terlihat menggunakan winglet yang berfungsi menghasilkan daya tekan (down force) untuk menghasilkan kestabilan saat trek lurus maupun saat tikungan, namun hingga saat ini belum ada penjelasan dari Yamaha maupun Ducati perihal seberapa besar pengaruh winglet tersebut terhadap performa motor.
Pemasok Ban Tunggal
Bridgestone, selaku pemasuk tunggal ban yang digunakan untuk MotoGP semenjak tahun 2009 - 2015 asal Jepang, secara resmi hengkang dari MotoGP. Hasilnya, Michelin, yang pernah menjadi pemasok ban MotoGP di musim 2008, siap balik lagi MotoGP 2016.
Hingga saat ini Michelin telah melakukan serangkaian tes uji coba bersama pembalap tim pabrikan. Salah satunya adalah tes tambahan dengan melibatkan 14 pembalap yang diselenggarakan di sirkuit Aragon, Spanyol, September lalu.
Hasil tes memang belum menunjukkan hasil yang sempurna sehingga Michelin diwajibkan untuk memperbaiki kekurangannya di sana dan sini. Hal tersebut tentu cukup wajar mengingat sudah 7 tahun produsen ban asal Perancis ini "berpisah" dengan MotoGP.
Direktur Direktur Teknik Michelin Racing, Nicolas Goubert, saat di wawancarai oleh Motogp.com mengatakan, jika sampai saat ini Michelin masih mencari semacam "ramuan" yang pas dan tepat untuk ban yang nantinya bakal digunakan di MotoGP. Kinerja memuaskan yang selaras dengan konsistensi ban merupakan tujuan akhir dari Michelin, sehingga pihaknya masih terus melakukan riset guna mencari data serta formula yang tepat.
Michelin juga bakal menambah ukuran diameter lingkar ban dari ban Bridgestone berukuran 16, 5 inci menjadi 17 inci. Sementara itu, ban yang sedianya diproduksi juga masih tetap mengusung 3 jenis ban yaitu ban keras (hard compound), ban sedang (medium compound) serta ban lunak (soft compound). Sedangkan untuk tipe asimetrik hingga extra hard dan extra soft compound, masih belum mendapatkan konfirmasi lebih lanjut dari pihak Michelin.
Penggunaan Mesin
Dikabarkan oleh Motomatters, terjadi perdebatan yang cukup alot perihal jumlah penggunaan mesin yang akan digunakan di musim 2016. Tim asal Jepang, yakni Honda, Yamaha dan Suzuki meminta pembatasan mesin hanya berjumlah 6 unit saja, sementara dari tim Italia, yaitu Aprilia dan Ducati menginginkan 9 unit mesin untuk satu musim.
Setelah menggelar sesi pertemuan diantara semua tim, akhirnya Dorna mengambil inisiatif untuk mengambil jalan tengah, yakni pemakaian 7 mesin untuk satu musim. Selain kesepakatan tersebut, Dorna juga melarang adanya pengembangan mesin saat pertengahan musim.
Keputusan penggunaan mesin oleh Dorna memiliki pengecualian, yaitu bagi tim-tim non-pabrikan yang belum pernah naik podium pada seri 2013-2015, maka dibolehkan untuk menggunakan 12 mesin sekaligus melakukan pengembangan mesin saat musim berjalan. Hal ini sesuai peraturan yang berlaku mengenai poin konsesi.
Poin konsesi adalah hak istimewa yang diberikan oleh MotoGP kepada beberapa tim agar balapan tetap berjalan kompetitif. Poin konsesi hanya boleh diberikan kepada tim-tim pabrikan dan non-pabrikan yang belum pernah memenangi balapan yang berlangsung dalam kondisi kering pada musim sebelumnya.
Tim non-pabrikan yang mendapat poin konsesi memiliki hak istimewa, diantaranya seperti penggunaan mesin dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan tim lain, penggunaan bahan bakar yang lebih banyak, serta diperbolehkan untuk melakukan pengembangan mesin meskipun di musim yang tengah berlangsung.
Selain tim-tim non-pabrikan yang belum pernah menang, Komisi Grand Prix juga memberikan poin konsesi terhadap Ducati, Suzuki dan Aprilia yaitu boleh menggunakan perangkat lunak ECU mereka sendiri. Sementara Honda dan Yamaha, yang telah memenangkan setiap perlombaan MotoGP sejak 2011, tidak mendapatkan konsensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar